BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan
fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh
dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Teknik
pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam cara dalam memperoleh data pengkajian,
yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apa yang
dimaksud pemeriksaan fisik?
Apa tujuan
pemeriksaan fisik?
Ada berapa macam
teknik pemeriksaan fisik?
Bagaimana cara
melakukan teknik pemeriksaan fisik?
Apa saja teknik
yang digunakan dalam pemeriksaan fisik melalui head to toe?
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui
dan memahami tentang pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui
tujuan pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui
macam-macam teknik pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui
cara melakukan teknik pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui
teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik melalui head to toe.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR
PEMERIKSAAN FISIK
1.
PRINSIP DASAR
PEMERIKSAAN FISIK
1.1.
DEFINISI
Memberikan
penilaian terhadap tanda-tanda vital, tinggi dan berat badan, kebiasaan serta
penampilan klien secara umum. Pendekatan pada saat pengkajian fisik dapat
menggunakan tabel 1.1.
PENDEKATAN
|
KARAKTERISTIK
|
ROS (Review of System / sistem tubuh)
|
Pengkajian yang dilakukan mencakup
seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan,
sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi.
Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana
yang perlu mendapat perhatian khusus.
|
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
Pemeriksaan
fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien. (Uliyah.Musrifatul;Hidayat Alimul.Azis,2008/Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan)
1.2.
TUJUAN
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah
informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi
masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan
tindakan yang telah diberikan.
(Uliyah.Musrifatul;Hidayat
Alimul.Azis,2008/Keterampilan Dasar
Praktik Klinik untuk Kebidanan)
Pemeriksaan
fisik bertujuan untuk :
·
Mengidentifikasi
dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien secara umum dan
kemudian memeriksa tanda-tanda vitalnya.
·
Melengkapi
riwayat keperawatan. Jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-tanda yang
menunjukan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa secara lebih
spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
2.
TEKNIK
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam melakukan
pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam cara dalam memperoleh data pengkajian,
yaitu :
1)
Inspeksi
Inspeksi adalah
suatu tindakan yang dilakukan perawat dengan menggunakan indera penglihatannya
untuk mengamati bagian tubuh yang diperiksa. Oleh karena itu, pencahayaan yang
cukup sangat diperlukan dalam melakukan inspeksi sehingga data yang didapat
akan menghasilkan kata yang akurat, misalnya ketepatan dalam membedakan karena,
ukuran dan bentuk tubuh, posisi, kesimetrisan tubuh dan kebersihan tubuh klien.
Pencahayaan yang cukup juga diperlukan untuk membedakan dan membandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya, misalnya
sklera mata yang berwarna kuning (ikterus), adanya struma dileher, warna kulit
yang kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
Cara melakukan
pemeriksaan dengan cara inspeksi adalah :
a.
Memberikan klien
posisi senyaman mungkin dan yang memudahkan kerja perawat. Posisi klien dapat
tidur, duduk ataupun berdiri.
b.
Buka area tubuh
klien yang akan diperiksa. Klien dapat membuka sendiri pakaiannya atau jika
tidak mampu dapat dibantu oleh perawat. Sebaiknya pakaian tidak dibuka
sekaligus, namun dibuka seperlunya sedangkan bagian lain dapat ditutupi dengan
selimut.
c.
Bandingkan area
tubuh klien yang berlawanan untuk menilai kesimetrisan dan adanya abnormalitas.
d.
Dokumentasikan
hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
2)
Palpasi
Palpasi adalah
suatu tindakan yang dilakukan perawat dengan menggunakan indera peraba dengan
cara meraba dan menekan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Jari
tangan dan tangan adalah instrumen yang sensitif untuk digunakan dalam
mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur atau suhu tubuh, turgor,
bentuk, kelembaban, getaran atau vibrasi, ukuran dan konsistensi. Palpasi
merupakan tindakan yang dapat mempertegas dan menguatkan hasil inspeksi,
disamping untuk menemukan yang tidak terlihat pada saat perawat melakukan
inspeksi.
Cara melakukan
pemeriksaan dengan cara palpasi adalah :
a.
Berikan klien
posisi senyaman mungkin tanpa menyulitkan kerja perawat. Klien dapat diberikan
posisi tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa. Bagian
tubuh yang diperiksa harus dalam kondisi terbuka.
b.
Pastikan klien
dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot
yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
c.
Minta klien
untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d.
Lakukan palpasi
dengan perlahan-lahan dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar. Ingat, kuku
jari perawat harus pendek dan kondisi tangan hangat serta kering. Palpasi juga
harus dilakukan secara hati-hati terutama jika dicurigai adanya fraktur tulang.
Hindari penekanan yang berlebihan.
e.
Palpasi daerah
yang dicurigai. Jika ditemukan nyeri tekan maka menandakan adanya kelainan.
f.
Lakukan palpasi
ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
g.
Lakukan palpasi
agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1-2,5 cm.
h.
Lakukan palpasi
bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm
dengan cara menggunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan
diletakkan dibagian bawah organ/ jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain
menekan kearah tangan yang di bawah untuk mendeteksi karakteristik organ/jaringan.
i.
Rasakan dengan
seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan
konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya, dan ada/tidaknya
getaran/trill, serta rasa nyeri raba/tekan.
j.
Lakukan palpasi
disemua area yang diperiksa. Jika terdapat bagian yang nyeri maka dilakukan
palpasi paling akhir, misalnya jika terdapat tumor, oedema, krepitasi (patah tulang),
dan lain-lain.
k.
Dokumentasi
hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
3)
Perkusi
Perkusi adalah suatu
tindakan yang dilakukan perawat dengan cara mengetuk dengan menggunakan jari
perawat di area permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya dengan tujuan menghasilkan suara. Pada saat perkusi, perawat juga
harus mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan
tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Perjalanan
getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi
disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menetukan
lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur dibawah kulit. Sifat gelombang
suara yaitu semakin banyak jaringan, maka akan semakin lemah hantarannya. Udara
atau gas adalah zat yang dapat menghasilkan bunyi yang paling resonan. Oleh
karena itu, perkusi dapat mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan.
Tabel 2.2:
suara-suara yang dijumpai pada saat melakukan perkusi
JENIS SUARA
|
KARAKTERISTIK
|
Sonor
|
Suara perkusi jaringan yang normal
|
Redup
|
Suara perkusi jaringan yang lebih
padat, misalnya didaerah paru-paru pada pneumonia
|
Pekak
|
Suara perkusi jaringan yang padat
seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar
|
Hipersonor timpani
|
Suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong, misalnya daerah cavum paru, pada klien asthma kronik
|
Cara melakukan
pemeriksaan dengan cara perkusi :
a.
Berikan klien
posisi senyaman mungkin dan memudahkan kerja perawat. Klien dapat diberikan
posisi tidur, duduk atau berdiri, tergantung pada bagian tubuh mana yang akan
diperiksa. Jangan lupa membuka area tubuh yang akan diperiksa.
b.
Pastikan klien
dalam keadaan rilek untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu
hasil perkusi.
c.
Minta klien
untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d.
Lakukan perkusi
secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a)
Metode langsung
yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan
1 atau 2 ujung jari.
b)
Metode tidak
langsung dengan cara sebagai berikut :
·
Jari tengah
tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter diletakkan dengan lembut
diatas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak
menempel pada permukaan tubuh.
·
Ujung jari
tengah dan tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/mengetuk
persendian distal dan jari tengah tangan kiri.
·
Pukulan harus
cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
·
Berikan tenaga
pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
·
Bandingkan bunyi
frekuensi dengan akurat.
e.
Bandingkan atau
perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
Tabel 2.3: bunyi yang dihasilkan dari perkusi
JENIS BUNYI
|
KARAKTERISTIK
|
BAGIAN YANG
DIPERKUSI
|
Timpani
|
Suara yang
keras, nada tinggi dengan waktu agak lama, kualitas suara seperti drum.
|
Diatas lambung
dan intestine
|
Resonan
|
Intensitas
menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema
|
Diatas paru
normal
|
Hiperesonan
|
Suara yang
lebih keras dari pada timpani, mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih
lama, kualitas ledakan
|
Pada intestin
yang mengalami distensi atau paru yang mengalami empisema
|
Pekak/dullness/redup
|
Suara yang
singkat, mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak
lama kualitas seperti petir
|
Diatas hati,
limpa atau kandung kemih yang mengalami distensi
|
Flat/kemps
|
Suara yang
sangat halus dan pendek, bila tidak ada udara pada struktur
|
Otot, tulang,
massa tumor
|
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
4)
Auskultasi
Auskultasi
adalah suatu tindakan yang dilakukan perawat pada saat melakukan pemeriksaan
fisik dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh untuk
mendeteksi adanya kelainan dngan cara membandingkan dengan bunyi normal. Hal
hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1.
Frekuensi yaitu
menghitung jumlah getaran permenit.
2.
Durasi yaitu
lama bunyi yang terdengar.
3.
Intensitas bunyi
yaitu ukuran kuat/lemahnya suara.
4.
Kualitas yaitu
warna nada/variasi suara.
Dalam melakukan auskultasi perawat menggunakan alat
yaitu disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih
frekuensi suara. Oleh karena itu, perawat harus mengenal berbagai tipe bunyi
normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat
dideteksi dengan sempurna. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian
kepala, selang karet/plastik dengan panjang 30-40 cm dan katup telinga. Kepala
stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :
a.
Sisi bell
stetoscope digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti
pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi
tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi terenggang, maka cara
kerjanya seperti diagfragma.
b.
Sisi diagfragma
stetoscope digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
Suara yang
abnormal hasil dan pemeriksaan fisik dengan teknik auskultasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4: Suara
yang abnormal hasil dari pemeriksaan fisik dengan teknik auskultasi.
JENIS BUNYI
|
KARAKTERISTIK
|
CONTOH
|
Rales
|
Suara yang dihasilkan dari eksudat
lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi
(rales halus, sedang, kasar).
|
Klien dengan pneumonia, TBC
|
Ronkhi
|
Nada rendah dan sangat kasar terdengar
baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan
hilang bila klien batuk.
|
Klien dengan edema paru
|
Wheezing
|
Bunyi yang terdengar “giii.. ..k. bisa
dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
|
Klien dengan bronchitis akut, asma
|
Friction rub
|
Bunyi yang terdengar “kering” seperti
suara gosokan amplas pada kayu.
|
Klien pada peradangan pleura.
|
Cara melakukan
pemeriksaan dengan cara auskultasi:
a.
Berikan klien
posisi yang nyaman dan memudahkan kerja perawat. Klien dengan tidur, duduk atau
berdiri (tergantung bagian mana yang diperiksa). Area tubuh yang akan diperiksa
harus dalam kondisi terbuka. Pastikan pasien dalam keadaan rilek.
b.
Pastikan
stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor anatar bagian kepala, selang dan
telinga.
c.
Pasanglah ujung
stetoskop bagian telinga kelubang telinga perawat sesuai arah, ukuran dan
lengkungannya.
d.
Hangatkan dulu
kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan perawat atau
menggosokan pada pakaian perawat.
e.
Tempelkan kepala
stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan
dengan seksama dan sistematis.
f.
Pergunakanlah
bell stetoscope untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan
yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diagfragma untuk bunyi
bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
g.
Dokumentasikan
hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
B.
PEMERIKSAAN FISIK
MELALUI HEAD TO TOE
1.
Kulit
Periksa seluruh
permukaan kulit dibawah cahaya yang baik. Inspeksi dan palpasi setiap area.
Perhatikan :
·
Warna
·
Temperatur
·
Tekstur
·
Mobilitas,kemudahan
lipatan kulit untuk dapat digerakkan
·
Turgor,kecepatan
lipatan kulit kembali ke keadaan semula
Perhatikan adanya lesi dan
·
Lokasi dan
distribusi anatomisnya
·
Susunan dan
bentuknya
·
Tipe
·
Warna
2.
Kuku
Inspeksi dan
palpasi kuku jari tangan dan kaki.
Perhatikan :
·
warna
·
bentuk
·
adanya lesi
3.
kepala
inspeksi dan
palpasi, mencakup :
a.
Rambut
Perhatikan :
·
Kuantitas
·
Distribusi
·
Tekstur
·
Kulit kepala
b. Kulit
kepala
·
Benjolan
atau lesi
c. Tenkorak
·
Ukuran
·
Kontur
d. Wajah
·
Kesimetrisan
·
Ekspresi
wajah
e.
Mata
Perhatikan :
·
Posisi dan
kesejajaran mata
·
Alis mata
·
Kelopak mata
·
Aparatus
lakrimal
·
Konjungtiva dan
sklera
·
Kornea, iris dan
lensa
f.
Telinga
dengan metode inspeksi dan palpasi
·
Melihat
kanalis bersih atau tidak,radang,cairan,adakah benda asing
·
Melakukan berbagai macam tes untuk
memastikan telinga normal atau tidak dengan menggunakan Garpu Tala. Ada 3 cara yaitu
:
1.
Tes Rinne : untuk membandingkan getaran
bunyi/suara antara telinga kanan dan telinga kiri.
2.
Tes Webber : untuk membandingkan
hantaran suara melalui udara dan tulang.
3.
Tes Schwabach : untuk membandingkan
hantaran-hantaran suara yang didengar oleh periksa dan pemeriksa. Syaratnya :
telinga pemeriksa normal.
g.
Hidung
metode inspeksi dan palpasi
·
Memeriksa
septum hidung ada ditengah atau tidak
·
Memastikan adakah benda asing
·
Secret hidung
·
Perdarahan
·
Palpasi sinus
frontalia dan maksilaris untuk adanya nyeri tekan
·
Tes cuping hidung dengan menutup satu
lubang hidung, untuk memastikan dapat mengembang kempis atau tidak. Lakukan di
bagian lubang hidung lainnya. Normalnya : kembang kempis.
·
Tes penghidu dengan cara lubang yang
satu ditutup dan yang terbuka diberikan aroma parfume. Kemudian bergantian yang
ditutup menjadi terbuka, dan yang terbuka menjadi tertutup. Yang terbuka
berikan aroma minyak kayu putih. Apakah pasien dapat membedakan antara aroma
parfume dan minyak kayu putih? Normalnya : dapat membedakan.
h.
Mulut
dan kerongkongan
·
rongga
mulut : di periksa adakah stomatis, kemampuan menggigit, mengunyah, dan
menelan.
·
Bibir
: warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan bengkak.
·
Gusi
: warna dan edema.
·
Gigi geligi : karang gigi, caries, sisa
gigi.
·
Lidah : kotor, warna, kesimetrisan,
kelembaban, luka, bercak, dan pembengkakan.
·
Kerongkongan
: tonsil, peradangan, lender atau secret
4.
Leher
a.
Leher dengan metode inspeksi
·
Melihat kesimetrisan
·
Pergerakan
·
Adakah masa,kekakuan
leher
b.
Melakukan inspeksi dan palpasi pada
leher adakah pembesaran kelenjar limfe.
c.
Inpeksi dan palpasi kelenjar tiroid
·
Melihat bentuk dan besarnya
·
Meraba permukaan kelenjar dengan
jari-jari ketika pasien menelan air
d.
Inspeksi dan palpasi vena jugularis
·
Ada tidaknya tekanan pada vena jugularis
(JVP: Jugular venous pressure)
⩽ R + 3 -> Tidak
meningkat -> Tak ada kelainan (T.a.k)
> R + 3 -> Meningkat ->
Peningkatan tekanan jantung kanan
·
Terlihat atau tidak vena jugularis.
Normalnya : tidak terlihat pada saat tegak.
·
Pengukuran vena jugularis :
JVP diukur pada seseorang dengan
posisi setengah duduk 45° dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan
berdasarkan tingkat pengisian vena jugularis dari titik nol atau dari sudut
sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4 cm di atas sudut sternum.
5.
Dada
a.
Inspeksi dada
·
Deformitas
atau ketidaksimetrisan
·
Retraksi interkostal
·
Gangguan atau
penyimpangan gerakan pernapasan
·
gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
v
Normalnya : Gerak napas
simetris 16 – 24 X, abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot
napas dan retraksi interkostae.
v Abnormal :
·
Tarchipneu
à napas cepat (
> 24 X ) , misal ; pada demam, gagal jantung
·
Bradipneu
à napas lambat (
< 16 X ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
·
Cheyne Stokes à napas dalam,
kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.
·
Biot
à Dalam dan
dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis
·
Kusmoul à Pernapasan lambat
dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis metabolic
·
Hyperpneu à napas dalam,
dengan kecepatan normal
·
Apneustik à ispirasi megap-megap,
ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi pusat pernapasan.
·
Dangkal
à emfisema, tumor
paru, pleura Efusi.
·
Asimetris
à pneumonie, TBC
paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
·
Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya : tidak ada.
b.
Palpasi dada
·
Nyeri tekan
·
Pengkajian
terhadap abnormalitas yang dapat dilihat
·
Ekspansi pernapasan
·
Fremitus taktil
·
Dengan posisi berbaring / semi fowler, letakkan kedua
tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jara berada diatas Procecus Xypoideus,
pasien diminta napas biasa, catat : gerak napas simetris atau tidak dan
tentukan daya kembang paru ( normalnya 3-5 cm ).
Atau
Dengan posisi duduk
merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan :
kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru
·
Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi
tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara ( 77 ), tentukan getaran suara
dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa
paru
Meningkat : Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik, covenrne paru.
c.
Perkusi dada seperti pada area yang
diilustrasikan
Gunakan tehnik
perkusi, dan tentukan batas – batas paru
Batas paru normal :
·
Atas : Fossa
supraklavikularis kanan-kiri
·
Bawah : iga 6
MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis skapularis, paru kiri lebih tinggi
Abnormal :
·
Meningkat à anak, fibrosis,
konsolidasi, efusi, ascites
·
Menurun à orang tua, emfisema, pneumothorax
lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat adanya
perubahan suara perkusi :
Normalnya : sonor/resonan
( dug )
Abnormal :
·
Hyperresonan à menggendang ( dang
) : thorax berisi udara, kavitas
·
Kurang resonan à “deg” : fibrosis, infiltrate, pleura menebal
·
Redup à “bleg” : fibrosis berat, edema
paru
·
Pekak à seperti bunyi pada paha :
tumor paru, fibrosis
d.
Auskultasi dada dengan menggunakan
stetoskop
·
Bunyi napas
DURASI
|
INTENSITAS
DAN NADA BUNYI EKSPIRASI
|
CONTOH
LOKASI
|
|
Vesikular
|
Insp
> eksp
|
Halus/rendah
|
Sebagian
besar area paru-paru
|
Bronkovesikular
|
Insp
= eksp
|
Sedang/sedang
|
Ruang
interkostal pertama dan kedua, area interskapula
|
Eksp
> insp
|
Keras/tinggi
|
Diatas
manubrium, pneumonia lobaris
|
|
Insp
= eksp
|
Sangat
keras/tinggi
|
Diatas
trakea
|
|
Durasi digambarkan
dengan panjang garis, intensitas dengan lebar garis, dan tinggi nada dengan
kelandaian garis.
|
·
Bunyi napas tambahan
Crackles
(atau rales)
|
Mengi
dan ronki
|
Diskontinu
|
kontinu
|
Intermiten,non
musikal, dan singkat
|
≥250
mdetik, musikal, panjang (tetapi tidak boleh menetap selama siklus
pernapasan)
|
Seperti
titik-titik dalam waktu
|
Seperti
strip dalam waktu
|
Crackles
halus : halus, nada tinggi, sangat singkat (5-10 mdetik)
.............................
|
|
Crackles
kasar : agak keras, nadanya rendah, singkat (20-30 mdetik)
..............................
|
·
Jika ada indikasi,bunyi
suara yang dtransmisikan.
Melalui
pengisian udara paru normal
|
Melalui
paru tanda udara
|
Mengatakan
kata-kata dengan suara pelan dan tidak jelas
|
Mengucapkan
kata-kata lebih keras, lebih jelas (bronkofoni)
|
Mengucapkan
“ii” terdengar seperti “ii”
|
Mengucapkan
“ii” terdengar seperti “ay” (egofoni)
|
Membisikan
kata-kata dengan perlahan dan tidak jelas, jika benar-benar terdengar
|
Membisikan
kata-kata lebih keras, lebih jelas (bisikan pektoriloqui)
|
Biasanya
disertai bunyi nafas vesikular dan fremitus taktil normal
|
Biasanya
disertai dengan denyut nafas bronkial dan bronkovesikular serta peningkatan
fremitus taktil
|
Sementara pasien
masih duduk, anda dapat menginspeksi mamae dan memeriksa kelenjar limfe
aksilaris serta epitroklearis, serta memeriksa sendi temporomandibular dan
sistem muskuloskeletal ekstremitas atas.
|
6.
Payudara
Inspeksi dan palpasi payudara
·
Bentuk payudara
·
Kesimetrisan
·
Adanya benjolan
atau tidak
·
Bentuk putting
susu
·
Areola
mamae
7.
Melakukan pemeriksaan pada sistem
kardiovaskular jantung
cara
yang pertama yaitu melakukan inspeksi
·
untuk mencari tanda –tanda yang mengungkapkan
keadaan jantung pada permukaan dada dengan cara mengamati bentuk pericardium
yaitu adanya pericardium cekung yang terjadi akibat adanya pericarditis
menahun,denyut dan aspek jantung,denyut nadi pada dada dan denyut vena.
palpasi pada jantung
·
dilakukan dengan telapak tangan terlebih
dahulu baru kemudian memakai ujung –ujung jari. palpasi mula-mula harus
dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras.
pemeriksaan disebelah kanan pasien secara berdiri dan sikap pasien dengan
berbaring terlentang. hal ini dilakukan untuk
memeriksa denyutan aspeks.
perkusi
jantung melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
a.
Satu batas kiri jantung
kita melakukan
perkusi dari arah lateral. Bunyi sonor dari paru-paru keredup relative kita
tetapkan sebagai batasan jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan
tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak kemedial dari
linea midklafikularis sinistra, dan agak ada diatas batas paru/hepar. Ini
merupakan batas kiri. Batas jantung sebelah kiri yang terletak disebelah cranial
iktus, pada ruang intercostal II letaknya lebih dekat ke sternum dari pada letak iktus cordis, kurang lebih
dilinea pada parasternalis kiri.
·
Atau dengan Lakukan perkusi
mulai intercota 2 kiri dari lateral ( Ant. axial line ) menuju medial, catat
perubahan perkusi redup
·
Geser jari ke ICS 3 kiri
kemudian sampai ICS 6 , lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi
redup.
·
Tentukan batas-batas jantung
b.
Batas kanan jantung
Perkusi juga
dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas
jantung karena batasnya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas bawah kanan
jantung adalah disekitar ruang intercostal III – IV, dilinea parastinalis.
Sedangkan batas atasnya intercostal II kanan linea parastinalis kanan perkusi
jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu perkusi
pericardium dan aneosrisma aorta.
Auskultasi jantung menggunankan
alat stetoskop.
Yang dipakai disini adalah
stetoskop duplek yang memiliki dua corong yang dapat dipakai secara bergantian.
Corong pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara
dengan frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua yaitu berbentuk lingkaran
berfungsi untuk dengarkan nada rendah.
Hal – hal yang perlu
diperhatikan :
Irama dan frekwensi
jantung
Normal : reguler (
ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt
Intensitas bunyi jantung
Normal :
·
Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari
BJ 2
·
Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2
Sifat bunyi jantung
Normal :
-
bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah dikondisikan ( Normal Splitting )
Splitting BJ 1 fisiologik
à Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “
Ekspirasi maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .
Splitting BJ 2 fisiologik
à normal Spliting BJ2, terdengar “ sesaat setelah inspirasi dalam “
Abnormal :
· Splitting BJ 1 patologik à ganngguan sistem konduksi ( misal RBBB)
· Splitting BJ 2 Patologik : karena
melambatnya penutupan katub pulmonal pada RBBB, ASD, PS.
Fase Systolik dan Dyastolik
Normal : Fase systolik normal lebih pendek
dari fase dyastolik ( 2 : 3 )
Abnormal : - Fase systolic memanjang / fase
dyastolik memendek
- Tedengar bunyi “ fruction Rub” Ã gesekan perikard dg ephicard.
Adanya Bising ( Murmur ) jantung
à adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang
dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran abnormal ) dari aliran darah
dalam jantung dan pembuluh darah.
Normal : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur à kelainan katub , shunt/pirau
Irama Gallop ( gallop ritme )
à Adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau
S4 secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah mengalir ke
ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat
pada ventrikel
Normal :
tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
·
Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
·
Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop S4 )
·
Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse gallop )
Cara Kerja :
Periksa
stetoskop dan gosok sisi membran dengan tangan
Tempelkan
stetoskop pada sisi membran pada daerah pulmonal, kemudian ke daerah aorta,
simak Bunyi jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ1,
splitting BJ2, dan murmur Bj2.
Tempelkan
stetoskop pada sisi membran pada daerah Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak
Bunyi jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2,
splitting BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop.
Bila ada murmur
ulangi lagi keempat daerah, catat mana yang paling jelas.
Geser ke daerah
ephigastrik, catat adanya bising aorta.
8.
Abdomen
a.
Inspeksi abdomen
·
Kulit
·
Umbilikus
·
Kontur untuk bentuk, kesimetrisan,
pembesaran organ, atau adanya massa
·
Adanya gelombang
·
Adanya pulsasi
b.
Auskultasi abdomen
·
Bising usus
didengarkan disetiap kuadran bagian abdomen. Normal 9-12 kebisingan usus/menit
c.
Perkusi abdomen untuk pola bunyi timpani
dan pekak
d.
Palpasi semua kuadran abdomen
·
Lakukan dengan tekanan ringan untuk
mengetahui adanya nyeri otot, nyeri lepas, dan nyeri tekan
·
Palpasi lebih dalam untuk mengetahui
adanya massa atau nyeri tekan.
e.
Refleks Kutaneus
1.
Gluteal.
a.
Minta klien berbaring miring, kemudian
buka pakaian bawah klien.
b.
Sentuhkan kapas dengan lembut ke area
parineal . biasanya sefigteran akan berkontraksi.
2.
Abdominal.
a.
Minta klien mengambil posisi berdiri
atau berbaring terlentang .
b.
Sentuh kulit abdomen klien menggunakan
kapas di bagian lateral otot rektus abdominis ke garis tengah.
c.
Ulangi pemeriksaan tersebut pada
masing-masing kuadran abdomen.
9.
Esktermitas atas
Inspeksi esktemitas
·
Memastikan adanya edema atau tidak
·
Bentuk simetris atau tidak
Palpasi
·
Memastikan ada nyeri tekan atau tidak
·
Terdapat benjolan atau tidak
perkusi
·
Memeriksa punggung pasien, untuk mengetahui
adakah kelainan pada spina.
·
Memeriksa reflek-reflek, yaitu :
PEMERIKSAAN REFLEK OTOT BISEPS
1.
Posisi pasien
tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan diatas perut
dalam posisi fleksi 60 derajat dan
rileks.
2.
Pemeriksa
berdiri dan menghadap pada sisi kanan pasien
3.
Carilah tendon
biseps dengan meraba fossa kubiti, maka akan teraba keras bila siku difleksikan
4.
Letakan jari
telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps
5.
Ayunkan hammer
reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas jari telunjuk kiri
pemeriksa
6.
Terlihat gerakan
fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa tarikan tendon otot
biseps dibawah telunjuk pemeriksa
PEMERIKSAAN REFLEK OTOT TRISEPS
1.
Posisi pasien
tidur terlentang
2.
Bila siku tangan
kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 90
derajat dan rileks.
3.
Pemeriksa
berdiri pada sisi kanan pasien
4.
Carilah tendon
triseps 5 cm diatas siku ( proksimal ujung olecranon )
5.
Letakan jari
telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot
triseps
6.
Ayunkan hammer
reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas jari telunjuk kiri
pemeriksa
7.
Terlihat gerakan
ektensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa tarikan tendon otot
triseps dibawah telunjuk pemeriksa
10. Ekstermitas
bawah
a.
Genetalia
dan kelenjar limfe inguinal
Inspeksi pada vulva secara
keseluruhan
·
Distribusi pubis
·
Bentuk simetris atau tidak
·
Warna
·
kebersihan
Palpasi pada kelenjar limfe, apakah
teraba membesar atau nyeri.
b.
Anus
Inspeksi anus
·
Adanya
hemoroid
·
Fistula
·
Kebersihan.
c.
Refleks Kutaneus
·
Kremasterik
a.
Sentuh bagian dalam paha klien pria
menggunakan kapas.
b.
Biasanya, skrotum akan naik pada area
yang di rangsang.
d.
Kaki
Inspeksi
·
Memastikan adanya edema atau tidak
·
Bentuk simetris atau tidak
Palpasi
·
Memastikan ada nyeri tekan atau tidak
·
Terdapat benjolan atau tidak
perkusi
·
Untuk memastikan adanya fraktur atau
tidak.
·
Memeriksa reflek-reflek, yaitu :
PEMERIKSAAN REFLEK TENDON PATELA
1.
Posisi pasien
tidur terlentang atau duduk
2.
Pemeriksa
berdiri pada sisi kanan pasien
3.
Bila posisi
pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi 60 derajat dan bila duduk lutut
fleksi 90 derajat
4.
Tangan kiri
pemeriksa menahan pada fossa poplitea
5.
Carilah 2
cekungan pada lutut dibawah patela inferolateral/ inferomedial ,
6.
Diantara 2
cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan tegang
7.
Ayunkan hammer
reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas tendon patela
8.
Terlihat gerakan
ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriseps femoris
PEMERIKSAAN
REFLEK TENDON ACHILES
1.
Pasien tidur
terlentang atau duduk
2.
Bila pasien tidur
terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa jongkok disisi
kiri pasien
3.
Bila pasien
tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki
berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung bebas
4.
Pergelangan kaki
dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien
5.
Carilah tendon
achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin tegang bila
posisi kaki dorsofleksi
6.
Ayunkan reflek
hammer diatas tendon achiles
7.
Terasa gerakan
plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan tampak kontraksi
otot gastrocnemius
PEMERIKSAAN
REFLEK PLANTAR
1.
Gunkan benda yang memilliki ketajaman
sedang ,seperti ujung bawah perlu refleks atau kunci.
2.
Goreskan ujung benda tersebut pada
telapak kaki klien bagian lateral, di mulai dari tumit terus ke bantalan tumit
dari bantalandepan telapak kaki hingga mencapai ibu jari kaki.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan ROS
(Review of System / sistem tubuh) Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem
tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan,
sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat
membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat
perhatian khusus.
Pemeriksaan
fisik bertujuan untuk :
·
Mengidentifikasi
dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien secara umum dan
kemudian memeriksa tanda-tanda vitalnya.
·
Melengkapi
riwayat keperawatan. Jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-tanda yang
menunjukan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa secara lebih
spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam
cara dalam memperoleh data pengkajian, yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Namun tidak semua bagian tubuh menggunakan semua teknik pemeriksaan
fisik tergantung keperluan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah.nunung,2008.Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang:SMK
Kesehatan Bina Insan Cendekia
Bickley.Lynn,2008.Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat
Kesehatan Bates.Jakarta:EGC
Uliyah.Musrifatul;Hidayat.Aziz
Alimul,2008.Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/09/01/bab-vii-pemeriksaan-ekstremitas-bag-viii/ 9.21 A.M. 21-03-14
Potter A. Patricia.1996.pengkajian kesehatan.jakarta: EGC