Sabtu, 10 Mei 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
Teknik pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam cara dalam memperoleh data pengkajian, yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1.2.  RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik?
Apa tujuan pemeriksaan fisik?
Ada berapa macam teknik pemeriksaan fisik?
Bagaimana cara melakukan teknik pemeriksaan fisik?
Apa saja teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik melalui head to toe?

1.3.  TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui macam-macam teknik pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui cara melakukan teknik pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam pemeriksaan fisik melalui head to toe.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK
1.         PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK
1.1.   DEFINISI
Memberikan penilaian terhadap tanda-tanda vital, tinggi dan berat badan, kebiasaan serta penampilan klien secara umum. Pendekatan pada saat pengkajian fisik dapat menggunakan tabel 1.1.
PENDEKATAN
KARAKTERISTIK
ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
 (Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. (Uliyah.Musrifatul;Hidayat Alimul.Azis,2008/Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan)

1.2.   TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
(Uliyah.Musrifatul;Hidayat Alimul.Azis,2008/Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan)

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk :
·           Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien secara umum dan kemudian memeriksa tanda-tanda vitalnya.
·           Melengkapi riwayat keperawatan. Jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-tanda yang menunjukan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa secara lebih spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)

2.         TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam cara dalam memperoleh data pengkajian, yaitu :
1)        Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan perawat dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mengamati bagian tubuh yang diperiksa. Oleh karena itu, pencahayaan yang cukup sangat diperlukan dalam melakukan inspeksi sehingga data yang didapat akan menghasilkan kata yang akurat, misalnya ketepatan dalam membedakan karena, ukuran dan bentuk tubuh, posisi, kesimetrisan tubuh dan kebersihan tubuh klien. Pencahayaan yang cukup juga diperlukan untuk membedakan dan membandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya, misalnya sklera mata yang berwarna kuning (ikterus), adanya struma dileher, warna kulit yang kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
Cara melakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi adalah :
a.         Memberikan klien posisi senyaman mungkin dan yang memudahkan kerja perawat. Posisi klien dapat tidur, duduk ataupun berdiri.
b.        Buka area tubuh klien yang akan diperiksa. Klien dapat membuka sendiri pakaiannya atau jika tidak mampu dapat dibantu oleh perawat. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya sedangkan bagian lain dapat ditutupi dengan selimut.
c.         Bandingkan area tubuh klien yang berlawanan untuk menilai kesimetrisan dan adanya abnormalitas.
d.        Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)
2)        Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan yang dilakukan perawat dengan menggunakan indera peraba dengan cara meraba dan menekan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Jari tangan dan tangan adalah instrumen yang sensitif untuk digunakan dalam mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur atau suhu tubuh, turgor, bentuk, kelembaban, getaran atau vibrasi, ukuran dan konsistensi. Palpasi merupakan tindakan yang dapat mempertegas dan menguatkan hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat pada saat perawat melakukan inspeksi.
Cara melakukan pemeriksaan dengan cara palpasi adalah :
a.         Berikan klien posisi senyaman mungkin tanpa menyulitkan kerja perawat. Klien dapat diberikan posisi tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa. Bagian tubuh yang diperiksa harus dalam kondisi terbuka.
b.        Pastikan klien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
c.         Minta klien untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d.        Lakukan palpasi dengan perlahan-lahan dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar. Ingat, kuku jari perawat harus pendek dan kondisi tangan hangat serta kering. Palpasi juga harus dilakukan secara hati-hati terutama jika dicurigai adanya fraktur tulang. Hindari penekanan yang berlebihan.
e.         Palpasi daerah yang dicurigai. Jika ditemukan nyeri tekan maka menandakan adanya kelainan.
f.         Lakukan palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
g.        Lakukan palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1-2,5 cm.
h.        Lakukan palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm dengan cara menggunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/ jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang di bawah untuk mendeteksi karakteristik organ/jaringan.
i.          Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya, dan ada/tidaknya getaran/trill, serta rasa nyeri raba/tekan.
j.          Lakukan palpasi disemua area yang diperiksa. Jika terdapat bagian yang nyeri maka dilakukan palpasi paling akhir, misalnya jika terdapat tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
k.        Dokumentasi hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)

3)        Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan yang dilakukan perawat dengan cara mengetuk dengan menggunakan jari perawat di area permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya dengan tujuan menghasilkan suara. Pada saat perkusi, perawat juga harus mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Perjalanan getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menetukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur dibawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, maka akan semakin lemah hantarannya. Udara atau gas adalah zat yang dapat menghasilkan bunyi yang paling resonan. Oleh karena itu, perkusi dapat mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.

Tabel 2.2: suara-suara yang dijumpai pada saat melakukan perkusi
JENIS SUARA
KARAKTERISTIK
Sonor
Suara perkusi jaringan yang normal
Redup
Suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya didaerah paru-paru pada pneumonia
Pekak
Suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar
Hipersonor timpani
Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah cavum paru, pada klien asthma kronik

Cara melakukan pemeriksaan dengan cara perkusi :
a.         Berikan klien posisi senyaman mungkin dan memudahkan kerja perawat. Klien dapat diberikan posisi tidur, duduk atau berdiri, tergantung pada bagian tubuh mana yang akan diperiksa. Jangan lupa membuka area tubuh yang akan diperiksa.
b.        Pastikan klien dalam keadaan rilek untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
c.         Minta klien untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d.        Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a)         Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
b)        Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
·           Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter diletakkan dengan lembut diatas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.
·           Ujung jari tengah dan tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/mengetuk persendian distal dan jari tengah tangan kiri.
·           Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
·           Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
·           Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
e.         Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.

Tabel 2.3: bunyi yang dihasilkan dari perkusi
JENIS BUNYI
KARAKTERISTIK
BAGIAN YANG DIPERKUSI
Timpani
Suara yang keras, nada tinggi dengan waktu agak lama, kualitas suara seperti drum.
Diatas lambung dan intestine
Resonan
Intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema
Diatas paru normal
Hiperesonan
Suara yang lebih keras dari pada timpani, mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan
Pada intestin yang mengalami distensi atau paru yang mengalami empisema
Pekak/dullness/redup
Suara yang singkat, mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir
Diatas hati, limpa atau kandung kemih yang mengalami distensi
Flat/kemps
Suara yang sangat halus dan pendek, bila tidak ada udara pada struktur
Otot, tulang, massa tumor
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)

4)        Auskultasi
Auskultasi adalah suatu tindakan yang dilakukan perawat pada saat melakukan pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh untuk mendeteksi adanya kelainan dngan cara membandingkan dengan bunyi normal. Hal hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1.        Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2.        Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3.        Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/lemahnya suara.
4.        Kualitas yaitu warna nada/variasi suara.
Dalam melakukan auskultasi perawat menggunakan alat yaitu disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Oleh karena itu, perawat harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat dideteksi dengan sempurna. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dengan panjang 30-40 cm dan katup telinga. Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :
a.         Sisi bell stetoscope digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi terenggang, maka cara kerjanya seperti diagfragma.
b.        Sisi diagfragma stetoscope digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
Suara yang abnormal hasil dan pemeriksaan fisik dengan teknik auskultasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4: Suara yang abnormal hasil dari pemeriksaan fisik dengan teknik auskultasi.
JENIS BUNYI
KARAKTERISTIK
CONTOH
Rales
Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar).
Klien dengan pneumonia, TBC
Ronkhi
Nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk.
Klien dengan edema paru
Wheezing
Bunyi yang terdengar “giii.. ..k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
Klien dengan bronchitis akut, asma
Friction rub
Bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Klien pada peradangan pleura.
 
Cara melakukan pemeriksaan dengan cara auskultasi:
a.         Berikan klien posisi yang nyaman dan memudahkan kerja perawat. Klien dengan tidur, duduk atau berdiri (tergantung bagian mana yang diperiksa). Area tubuh yang akan diperiksa harus dalam kondisi terbuka. Pastikan pasien dalam keadaan rilek.
b.        Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor anatar bagian kepala, selang dan telinga.
c.         Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga kelubang telinga perawat sesuai arah, ukuran dan lengkungannya.
d.        Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan perawat atau menggosokan pada pakaian perawat.
e.         Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistematis.
f.         Pergunakanlah bell stetoscope untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diagfragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
g.        Dokumentasikan hasil pemeriksaan.
(Nurhasanah.Nunung,2008/Kebutuhan Dasar Manusia)


B.       PEMERIKSAAN FISIK MELALUI HEAD TO TOE
1.         Kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik. Inspeksi dan palpasi setiap area.
Perhatikan :
·           Warna
·           Temperatur
·           Tekstur
·           Mobilitas,kemudahan lipatan kulit untuk dapat digerakkan
·           Turgor,kecepatan lipatan kulit kembali ke keadaan semula
             Perhatikan adanya lesi dan
·           Lokasi dan distribusi anatomisnya
·           Susunan dan bentuknya
·           Tipe
·           Warna
2.         Kuku
Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki.
Perhatikan :
·           warna
·           bentuk
·           adanya lesi
3.         kepala
inspeksi dan palpasi, mencakup :
a.         Rambut
Perhatikan :
·           Kuantitas
·           Distribusi
·           Tekstur
·           Kulit kepala
b.      Kulit kepala
·           Benjolan atau lesi
c.       Tenkorak
·           Ukuran
·           Kontur
d.      Wajah
·           Kesimetrisan
·           Ekspresi wajah
e.         Mata
Perhatikan :
·           Posisi dan kesejajaran mata
·           Alis mata
·           Kelopak mata
·           Aparatus lakrimal
·           Konjungtiva dan sklera
·           Kornea, iris dan lensa
f.         Telinga dengan metode inspeksi dan palpasi
·           Melihat kanalis bersih atau tidak,radang,cairan,adakah benda asing
·           Melakukan berbagai macam tes untuk memastikan telinga normal atau tidak dengan menggunakan Garpu Tala. Ada 3 cara yaitu :
1.         Tes Rinne : untuk membandingkan getaran bunyi/suara antara telinga kanan dan telinga kiri.
2.         Tes Webber : untuk membandingkan hantaran suara melalui udara dan tulang.
3.         Tes Schwabach : untuk membandingkan hantaran-hantaran suara yang didengar oleh periksa dan pemeriksa. Syaratnya : telinga pemeriksa normal.
g.        Hidung metode inspeksi dan palpasi
·           Memeriksa septum hidung ada ditengah atau tidak
·           Memastikan adakah benda asing
·           Secret hidung
·           Perdarahan
·           Palpasi sinus frontalia dan maksilaris untuk adanya nyeri tekan
·           Tes cuping hidung dengan menutup satu lubang hidung, untuk memastikan dapat mengembang kempis atau tidak. Lakukan di bagian lubang hidung lainnya. Normalnya : kembang kempis.
·           Tes penghidu dengan cara lubang yang satu ditutup dan yang terbuka diberikan aroma parfume. Kemudian bergantian yang ditutup menjadi terbuka, dan yang terbuka menjadi tertutup. Yang terbuka berikan aroma minyak kayu putih. Apakah pasien dapat membedakan antara aroma parfume dan minyak kayu putih? Normalnya : dapat membedakan.
h.        Mulut dan kerongkongan
·           rongga mulut : di periksa adakah stomatis, kemampuan menggigit, mengunyah, dan menelan.
·           Bibir : warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan bengkak.
·           Gusi : warna dan edema.
·           Gigi geligi : karang gigi, caries, sisa gigi.
·           Lidah : kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka, bercak, dan pembengkakan.
·           Kerongkongan : tonsil, peradangan, lender atau secret
4.         Leher
a.         Leher dengan metode inspeksi
·           Melihat kesimetrisan
·           Pergerakan
·           Adakah masa,kekakuan leher
b.        Melakukan inspeksi dan palpasi pada leher adakah pembesaran kelenjar limfe.
c.         Inpeksi dan palpasi kelenjar tiroid
·           Melihat bentuk dan besarnya
·           Meraba permukaan kelenjar dengan jari-jari ketika pasien menelan air

d.        Inspeksi dan palpasi vena jugularis
·           Ada tidaknya tekanan pada vena jugularis (JVP: Jugular venous pressure)
R + 3 -> Tidak meningkat -> Tak ada kelainan (T.a.k)
> R + 3 -> Meningkat -> Peningkatan tekanan jantung kanan
·           Terlihat atau tidak vena jugularis. Normalnya : tidak terlihat pada saat tegak.
·           Pengukuran vena jugularis :
JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45° dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4 cm di atas sudut sternum.
5.         Dada
a.         Inspeksi dada
·           Deformitas atau ketidaksimetrisan
·           Retraksi interkostal
·           Gangguan atau penyimpangan gerakan pernapasan
·           gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas
v Normalnya : Gerak napas simetris 16 – 24 X, abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae.

v Abnormal :
·           Tarchipneu à napas cepat ( > 24 X ) , misal ; pada demam, gagal jantung
·           Bradipneu à napas lambat ( < 16 X ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke
·           Cheyne Stokes à napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.
·           Biot à Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis
·           Kusmoul à Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis metabolic
·           Hyperpneu à napas dalam, dengan kecepatan normal
·           Apneustik à ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi pusat pernapasan.
·           Dangkal à emfisema, tumor paru, pleura Efusi.
·           Asimetris à pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.
·           Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena dada, normalnya : tidak ada.
b.        Palpasi dada
·           Nyeri tekan
·           Pengkajian terhadap abnormalitas yang dapat dilihat
·           Ekspansi pernapasan
·           Fremitus taktil
·           Dengan posisi berbaring / semi fowler, letakkan kedua tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jara berada diatas Procecus Xypoideus, pasien diminta napas biasa, catat : gerak napas simetris atau tidak dan tentukan daya kembang paru ( normalnya 3-5 cm ).
Atau
Dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru
·           Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara ( 77 ), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri.
Menurun : konsolidasi paru, pneumonie, TBC, tumor paru, ada masa paru
Meningkat : Pleura efusi, emfisema, paru fibrotik, covenrne paru.
c.         Perkusi dada seperti pada area yang diilustrasikan
Gunakan tehnik perkusi, dan tentukan batas – batas paru
       Batas paru normal :
·           Atas : Fossa supraklavikularis kanan-kiri
·           Bawah : iga 6 MCL, iga 8 MAL, iga 10 garis skapularis, paru kiri lebih tinggi
       Abnormal :
·           Meningkat à anak, fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites
·           Menurun à orang tua, emfisema, pneumothorax
lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat adanya perubahan suara perkusi :
       Normalnya : sonor/resonan  ( dug )
       Abnormal :
·           Hyperresonan à menggendang ( dang ) : thorax berisi udara, kavitas
·           Kurang resonan à “deg” : fibrosis, infiltrate, pleura menebal
·           Redup à “bleg” : fibrosis berat, edema paru
·          Pekak à seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis


d.        Auskultasi dada dengan menggunakan stetoskop
·           Bunyi napas

DURASI
INTENSITAS DAN NADA BUNYI EKSPIRASI
CONTOH LOKASI

 Vesikular
Insp > eksp
Halus/rendah
Sebagian besar area paru-paru

 Bronkovesikular
Insp = eksp
Sedang/sedang
Ruang interkostal pertama dan kedua, area interskapula
Bronkial

Eksp > insp
Keras/tinggi
Diatas manubrium, pneumonia lobaris
Trakeal

Insp = eksp
Sangat keras/tinggi
Diatas trakea
Durasi digambarkan dengan panjang garis, intensitas dengan lebar garis, dan tinggi nada dengan kelandaian garis.

·           Bunyi napas tambahan
Crackles (atau rales)
Mengi dan ronki
Diskontinu
kontinu
Intermiten,non musikal, dan singkat
≥250 mdetik, musikal, panjang (tetapi tidak boleh menetap selama siklus pernapasan)
Seperti titik-titik dalam waktu
Seperti strip dalam waktu
Crackles halus : halus, nada tinggi, sangat singkat (5-10 mdetik)
   .............................
Mengi : relatif bernada tinggi (≥400 Hz) dengan kualitas desis atau lengking.
Crackles kasar : agak keras, nadanya rendah, singkat (20-30 mdetik)
   ..............................
    

·           Jika ada indikasi,bunyi suara yang dtransmisikan.
Melalui pengisian udara paru normal
Melalui paru tanda udara
Mengatakan kata-kata dengan suara pelan dan tidak jelas
Mengucapkan kata-kata lebih keras, lebih jelas (bronkofoni)
Mengucapkan “ii” terdengar seperti “ii”
Mengucapkan “ii” terdengar seperti “ay” (egofoni)
Membisikan kata-kata dengan perlahan dan tidak jelas, jika benar-benar terdengar
Membisikan kata-kata lebih keras, lebih jelas (bisikan pektoriloqui)
Biasanya disertai bunyi nafas vesikular dan fremitus taktil normal
Biasanya disertai dengan denyut nafas bronkial dan bronkovesikular serta peningkatan fremitus taktil
Sementara pasien masih duduk, anda dapat menginspeksi mamae dan memeriksa kelenjar limfe aksilaris serta epitroklearis, serta memeriksa sendi temporomandibular dan sistem muskuloskeletal ekstremitas atas.

6.         Payudara
Inspeksi dan palpasi payudara
·           Bentuk payudara
·           Kesimetrisan
·           Adanya benjolan atau tidak
·           Bentuk putting susu
·            Areola mamae
7.         Melakukan pemeriksaan pada sistem kardiovaskular jantung
cara yang pertama yaitu melakukan inspeksi
·           untuk mencari tanda –tanda yang mengungkapkan keadaan jantung pada permukaan dada dengan cara mengamati bentuk pericardium yaitu adanya pericardium cekung yang terjadi akibat adanya pericarditis menahun,denyut dan aspek jantung,denyut nadi pada dada dan denyut vena.
palpasi pada jantung
·           dilakukan dengan telapak tangan terlebih dahulu baru kemudian memakai ujung –ujung jari. palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang keras. pemeriksaan disebelah kanan pasien secara berdiri dan sikap pasien dengan berbaring terlentang. hal ini dilakukan untuk  memeriksa denyutan aspeks.
perkusi jantung melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.
a.         Satu batas kiri jantung
kita melakukan perkusi dari arah lateral. Bunyi sonor dari paru-paru keredup relative kita tetapkan sebagai batasan jantung kiri. Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang interkostale V kiri agak kemedial dari linea midklafikularis sinistra, dan agak ada diatas batas paru/hepar. Ini merupakan batas kiri. Batas jantung sebelah kiri yang terletak disebelah cranial iktus, pada ruang intercostal II letaknya lebih dekat ke sternum  dari pada letak iktus cordis, kurang lebih dilinea pada parasternalis kiri.
·         Atau dengan Lakukan perkusi mulai intercota 2 kiri dari lateral ( Ant. axial line ) menuju medial, catat perubahan perkusi redup
·         Geser jari ke ICS 3 kiri kemudian sampai ICS 6 , lakukan perkusi dan catat perubahan suara perkusi redup.
·         Tentukan batas-batas jantung 
b.        Batas kanan jantung
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena batasnya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas bawah kanan jantung adalah disekitar ruang intercostal III – IV, dilinea parastinalis. Sedangkan batas atasnya intercostal II kanan linea parastinalis kanan perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu perkusi pericardium dan aneosrisma aorta.

Auskultasi jantung menggunankan alat stetoskop.
Yang dipakai disini adalah stetoskop duplek yang memiliki dua corong yang dapat dipakai secara bergantian. Corong pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua yaitu berbentuk lingkaran berfungsi untuk dengarkan nada rendah.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
Irama dan frekwensi jantung
Normal : reguler ( ritmis ) dengan frekwensi 60 – 100 X/mnt
Intensitas bunyi jantung
Normal :
·           Di daerah mitral dan trikuspidalis intensitas BJ1 akan lebih tinggi dari BJ 2
·           Di daerah pulmonal dan aorta intensitas BJ1 akan lebih rendah dari BJ 2
Sifat bunyi jantung
Normal :
-  bersifat tunggal.
- Terbelah/terpisah  dikondisikan ( Normal Splitting )
Ÿ   Splitting BJ 1 fisiologik
à Normal Splitting BJ1 yang terdengar saat “ Ekspirasi maksimal, kemudian napas ditahan sebentar” .
Ÿ   Splitting BJ 2 fisiologik
à normal Spliting BJ2, terdengar  “ sesaat setelah inspirasi dalam “
Abnormal :
·      Splitting BJ 1 patologik à ganngguan sistem konduksi ( misal RBBB)
·      Splitting BJ 2 Patologik : karena melambatnya penutupan katub pulmonal pada RBBB, ASD, PS.

Fase Systolik dan Dyastolik
Normal : Fase systolik normal lebih pendek dari fase dyastolik ( 2 : 3 )
Abnormal : - Fase systolic memanjang / fase dyastolik memendek
- Tedengar bunyi “ fruction Rubà gesekan perikard dg ephicard.

Adanya Bising ( Murmur ) jantung
à adalah bunyi jantung ( bergemuruh ) yang dibangkitkan oleh aliran turbulensi ( pusaran abnormal ) dari aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah.
Normal     : tidak terdapat murmur
Abnormal : terdapat murmur à kelainan katub , shunt/pirau

Irama Gallop ( gallop ritme )
à Adalah irama diamana terdengar bunyi S3 atau S4 secara jelas pada fase Dyastolik, yang disebabkan karena darah mengalir ke ventrikel yang lebih lebar dari normal, sehingga terjadi pengisian yang cepat pada ventrikel
Normal     : tidak terdapat gallop ritme
Abnormal :
·           Gallop ventrikuler ( gallop S3 )
·           Gallop atrium / gallop presystolik ( gallop S4 )
·           Gallop dapat terjadi S3 dan S4 ( Horse gallop )
Cara Kerja :
Periksa stetoskop dan gosok sisi membran dengan tangan
Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah pulmonal, kemudian ke daerah aorta, simak Bunyi jantung terutama BJ2, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ1, splitting BJ2, dan murmur Bj2.
Tempelkan stetoskop pada sisi membran pada daerah Tricus, kemudian ke daerah mitral, simak Bunyi jantung terutama BJ1, catat : sifat, kwalitas di banding dg BJ2, splitting BJ1, murmur Bj1, frekwensi DJ, irama gallop.
Bila ada murmur ulangi lagi keempat daerah, catat mana yang paling jelas.
Geser ke daerah ephigastrik, catat adanya bising aorta.
8.         Abdomen
a.         Inspeksi abdomen
·           Kulit
·           Umbilikus
·           Kontur untuk bentuk, kesimetrisan, pembesaran organ, atau adanya massa
·           Adanya gelombang
·           Adanya pulsasi
b.        Auskultasi abdomen
·           Bising usus didengarkan disetiap kuadran bagian abdomen. Normal 9-12 kebisingan usus/menit
c.         Perkusi abdomen untuk pola bunyi timpani dan pekak
d.        Palpasi semua kuadran abdomen
·           Lakukan dengan tekanan ringan untuk mengetahui adanya nyeri otot, nyeri lepas, dan nyeri tekan
·           Palpasi lebih dalam untuk mengetahui adanya massa atau nyeri tekan.
e.         Refleks Kutaneus
1.        Gluteal.
a.         Minta klien berbaring miring, kemudian buka pakaian bawah klien.
b.         Sentuhkan kapas dengan lembut ke area parineal . biasanya sefigteran akan berkontraksi.
2.        Abdominal.
a.         Minta klien mengambil posisi berdiri atau berbaring terlentang .
b.         Sentuh kulit abdomen klien menggunakan kapas di bagian lateral otot rektus abdominis ke garis tengah.
c.         Ulangi pemeriksaan tersebut pada masing-masing kuadran abdomen.
9.         Esktermitas atas
Inspeksi esktemitas
·           Memastikan adanya edema atau tidak
·           Bentuk simetris atau tidak
Palpasi
·           Memastikan ada nyeri tekan atau tidak
·           Terdapat benjolan atau tidak
perkusi
·           Memeriksa punggung pasien, untuk mengetahui adakah kelainan pada spina.
·           Memeriksa reflek-reflek, yaitu :
PEMERIKSAAN REFLEK OTOT BISEPS
1.        Posisi pasien tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 60 derajat dan  rileks.
2.        Pemeriksa berdiri dan menghadap pada sisi kanan pasien
3.        Carilah tendon biseps dengan meraba fossa kubiti, maka akan teraba keras bila siku difleksikan
4.        Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps
5.        Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas jari telunjuk kiri pemeriksa
6.        Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa tarikan tendon otot biseps dibawah telunjuk pemeriksa

PEMERIKSAAN REFLEK OTOT TRISEPS
1.        Posisi pasien tidur terlentang
2.        Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 90 derajat dan rileks.
3.        Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
4.        Carilah tendon triseps 5 cm diatas siku ( proksimal ujung olecranon )
5.        Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot  triseps
6.        Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas jari telunjuk kiri pemeriksa
7.        Terlihat gerakan ektensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa tarikan tendon otot triseps dibawah telunjuk pemeriksa
10.     Ekstermitas bawah
a.         Genetalia dan kelenjar limfe inguinal
Inspeksi pada vulva secara keseluruhan
·           Distribusi pubis
·           Bentuk simetris atau tidak
·           Warna
·           kebersihan
Palpasi pada kelenjar limfe, apakah teraba membesar atau nyeri.
b.        Anus
Inspeksi anus
·           Adanya hemoroid
·           Fistula
·           Kebersihan.
c.         Refleks Kutaneus
·           Kremasterik
a.         Sentuh bagian dalam paha klien pria menggunakan kapas.
b.         Biasanya, skrotum akan naik pada area yang di rangsang.
d.        Kaki
Inspeksi
·           Memastikan adanya edema atau tidak
·           Bentuk simetris atau tidak
Palpasi
·           Memastikan ada nyeri tekan atau tidak
·           Terdapat benjolan atau tidak
perkusi
·           Untuk memastikan adanya fraktur atau tidak.
·           Memeriksa reflek-reflek, yaitu :
PEMERIKSAAN REFLEK TENDON PATELA
1.         Posisi pasien tidur terlentang atau duduk
2.         Pemeriksa berdiri  pada sisi kanan pasien
3.         Bila posisi pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi 60 derajat dan bila duduk lutut fleksi 90 derajat
4.         Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea
5.         Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patela inferolateral/ inferomedial ,
6.         Diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan tegang
7.         Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas tendon patela
8.         Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriseps femoris


PEMERIKSAAN REFLEK TENDON ACHILES
1.         Pasien tidur terlentang atau duduk
2.         Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa jongkok disisi kiri pasien
3.         Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung bebas
4.         Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien
5.         Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin tegang bila posisi kaki dorsofleksi
6.         Ayunkan reflek hammer diatas tendon achiles
7.         Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan tampak kontraksi otot gastrocnemius

PEMERIKSAAN REFLEK PLANTAR
1.         Gunkan benda yang memilliki ketajaman sedang ,seperti ujung bawah perlu refleks atau kunci.
2.         Goreskan ujung benda tersebut pada telapak kaki klien bagian lateral, di mulai dari tumit terus ke bantalan tumit dari bantalandepan telapak kaki hingga mencapai ibu jari kaki.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendekatan ROS (Review of System / sistem tubuh) Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk :
·           Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien secara umum dan kemudian memeriksa tanda-tanda vitalnya.
·           Melengkapi riwayat keperawatan. Jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-tanda yang menunjukan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa secara lebih spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, terdapat 4 macam cara dalam memperoleh data pengkajian, yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Namun tidak semua bagian tubuh menggunakan semua teknik pemeriksaan fisik tergantung keperluan klien.



DAFTAR PUSTAKA

Nurhasanah.nunung,2008.Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang:SMK Kesehatan Bina Insan Cendekia
Bickley.Lynn,2008.Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan Bates.Jakarta:EGC
Uliyah.Musrifatul;Hidayat.Aziz Alimul,2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Potter A. Patricia.1996.pengkajian kesehatan.jakarta: EGC